Jumat, 15 April 2011

PETANI

Pagi buta setelah menjalankan sholat subuh Sarno seperti biasanya ,menuju ke ladang miliknya ,warisan dari ayahnya yang telah tiada.Sambil membawa cangkul dan sabit ia mulai menggarap sawahnya,membersihkan rumput meratakan gundukan tanah agar air yang mengalir tidak ter bendung dan berhenti begitu saja,agar dapat menuju ketanamannya.Ia dengan susah payah sudah menggarap lahannya,walaupun dengan hutang sana-sini,tapi ia tetap semangat mangharapkan hasil dari sawahnya,untuk menghidupi seluruh keluarganya. 
Tapi satu hal yang di sukai para petani saat itu tidak kunjung tiba,yaitu hujan ,sudah setahun lebih di desanya tidak di turunkan nya hujan oleh yang maha agung,oleh pemilik alam semesta ini.

   "Wahai Tuhanku yang maha agung,Tuhanku yang maha adil untuk hambamu ini,turunkanlah hujan agar tanaman kami dapat menghijau lagi"kata Sarno dengan mengharap,
tapi setengah tak percaya apa yang barusan di mintanya.Karena sarno sadar dia hanya hamba yang biasa yang tak memiliki kedudukan derajat dan pangkat,dan harta yang melimpah.Matahari udah seperempat condong ketimur,udara mulai panas,tapi sarno tidak pulang seperti para petani lainya,ia malah berteduh dibawah pohon,dan meminum seteguk air yang ia bawa dari rumah tadi pagi.
  Penduduk sekitar tau kebiasaan Sarno yang tak mau pulang sebelum tengah hari,mungkin ia amat mencintai ladangnya atau mungkin ia mengagumi alam ini,sungguh besar ciptaan sang maha kuasa.

Itu dilakukan Sarno setiap hari bahakan setiap minggu dan sampe sekarang udah setahun lebih sejak hujan tak pernah turun.Tapi satu yang tak pernah ia tinggalkan kebiasaanya sembahyang subuh itu.
Nah pada suatu saat didesanya diadakan upacara adat,untuk memanggil hujan ,para warga desa semua nya di undang dan menghadiri upacara tersebut,tapi tidak dengan Sarno.Ia hanya berdiam diri dirumah sambil memegang,alat tasbihnya,bagi Sarno hal yang semacam itu tidak diperbolehkan dalam agamanya,tiunamanya sirik haram dan sebagainya.
Banyak warga disana yang menghardik Sarno yang tak mau menghadiri  upacara tersebut.Subuh selesai sembahayang ,dan bersamaan warga yang sudah selesai menjalankan upacara pemanggilan hujan.
  Sarno memohon lagi kepada yang maha agung"tuhanku yang maha kuat turunkanlah hujan ,supaya tanaman ,hewan ternak mendapat makanan dari mu"
Duar.. suara guntur yang keras sekali hampir memekakka kan telinga, Sarno pun bergumam dalam hati ,"ha..doaku di jawab setelah menunggu sekian taun lamanya"
Begitu juga dengan warga yang baru saja selesai menjalan kan upacara"wah persembehan kita diterima"semua pada keluar dari rumah......
Dan hujan pun mulai turun seminggu tanpa henti,ladang yang mereka tanami pun rusak karena air yang terus mengalir.
   Sarno pun masih giatnya mengalirkan air agar tak meluap ketanaman nya,dia memandang kearah rumah penduduk kampung ,yang ter nyata ia sadari bahwa letaknya dipinggir bukit.Pada saat itu pula Sarno melihat air yang mengalir dari atas rumah penduduk sangat derasnya.Ia pun memutuskan pulang untuk memberi tahu warga untuk meninggalkan kampungnya,tapi terlambat,suara gemuruh datang dari atas bukit rumah penduduk desa,diapun bergegas ,sesampainya disana ia telah mendapati seluruh rumah penduduk rata dengan tanah,tak satu pun yang masih hidup termasuk keluarganya.
   Dan perlahan hujan pun berhenti,dan dia menyadari,mungkin sesaji itulah yang membawa kutukan dan kemurkaan sang maha kuasa.